Sabtu, 03 Mei 2014

Kerugian Akuntansi




BAB I
PENDAHULUAN

1.   Latar Belakang
Untuk melaksanakan suatu praktik akuntansi yang baik, tidak cukup hanya mempelajari akuntansi secara praktik saja. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan dan sebagainya yang semuanya terungkap dalam teori akuntansi. Di dalam praktik akuntansi  terdapat beragam permasalahan yang harus dipecahkan. Menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengalaman semata, namun untuk mencapai praktik akuntansi yang baik dan sehat maka dalam menyelesaikan masalah juga diperlukan landasan mengenai konsep dasar akuntansi itu sendiri
Dalam teori akuntansi kita banyak mengenal konsep-konsep dalam teori akuntansi. Konsep- konsep tersebut diantaranya adalah konsep income, konsep revenue, konsep beban, konsep gain, dan konsep losses. Sering kali kita menyamakan antara konsep beban dan konsep losses, tapi  kedua konsep tersebut mempunyai perbedaan walaupun pada hakikatnya bahwa losses (rugi) masih tercangkup dalam beban. Perbedaannya bahwa beban menyangkut tentang uang yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional perusahaan atau dalam rangka untuk mendapatkan laba sedangkan Losses yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan yang bukan akibat kegiatan operasional perusahaan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai losses.




BAB II
PEMBAHASAN

Istilah loss digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expense atau pendapatan dalam satu periode, jadi hal ini merupakan kebalikan dari income, tetapi disini pengertian tersebut dipergunakan sebagai lawan dari pengertian gain. Menurut pandangan asset dan hutang, gains didefenisikan sebagai peningkatan dalam asset bersih selain peningkatan dalam revenue atau dari perubahan dalam modal.
Sedangkan losses didefinisikan sebagai penurunan asset bersih selain penurunan dalam expense dan perubahan dalam modal.  Jadi gains dan losses dianggap sebagai bagian dari earning yang tidak dijelaskan oleh revenue dan expenses. Menurut pandangan revenue dan expense, gains didefinisikan sebagai kelebihan hasil di atas kos asset terjual, atau keuntungan yang tidak diduga, atau manfaat lain yang diperoleh tanpa kos atau pengorbanan. Atau Losses adalah rugi transaksi tertentu yang sifatnya insidentil yaitu turunnya nilai equity dan dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama perusahaan dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik.
Menurut SFAC No.6 Rugi (Losses) adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan keadaan peristiwa lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik. Losses mencerminkan pengurangan pada net asset tapi tidak dari expenses atau transaksi modal. Sedangkan menurut kontijensi  menurut FASB  rugi (losses) adalah suatu kondisi atau situasi yang melibatkan ketidakpastian yang memungkinkan timbulnya suatu rugi bagi perusahaan dimana tinggalnya rugi tersebut sangat tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih dimasa datang.
Menurut Harahap ( 2007:241 ) Losses adalah turunnya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik (prive)”. Menurut Ismaya (2005:192) mengemukakan bahwa losses adalah berkurangnya aktiva atau sumber-sumber ekonomi perusahaan yang bukan karena pengambilan pemilik dan atas pengurangan aktiva atau sumber tersebut tidak ada manfaat yang diperoleh oleh perusahaan.
Loss didefinisikan sebagai kelebihan di atas hasil yang terkait, jika ada, atau semua atau porsi yang layak dari kos asset terjual, diabaikan, atau keseluruhan atau sebagian rusak karena bencana, atau kos yang telah digunakan bukan untuk menghasilkan revenue. Jadi menurut pandangan revenue/expense, gains dan losses adalah berdiri sendiri dari definisi elemen lain dalam laporan keuangan.
2.      Pengakuan dan Pengukuran Losses
A.  Pengakuan Losses
Kriteria pengakuan losses sama dengan kriteria pengakuan beban periode. Losses tidak dapat ditandingkan dengan revenue, sehingga harus diakui pada periode dimana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat dalam pembukuan. Pengakuan losses sama dengan expense adalah kapan penurunan nilai aset dapat dikatakan telah terjadi atau kapan biaya telah timbul sehingga rupiah biaya dapat diakui. Atau pencatatan jumlah rupiah biaya secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam laporan keuangan.
Menurut SFAC No. 5 rugi diakui dengan kriteria sebagai berikut :
a. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of benefits) yaitu rugi diakui bilamana    aset  yang telah diakui sebelumnya  diperkirakan telah berkurang manfaat  ekonominya atau tidak lagi mempunyai manfaat  ekonomi.
b.Konsumsi manfaat (consumption of benefits) Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atau sentral entitas tersebut. Pengakuan Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu periode dapat diakui langsung pada saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang berkaitan. Berbagai jenis pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda yaitu:
1)     Beberapa pos biaya, seperti harga pokok penjualan ditandingkan dengan pendapatan yang terkait. Mereka diakui pada saat atau periode yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung atau bersama dari transaksi atau kejadian lain yang sama dengan yang menimbulkan    biaya.
2)     Banyak pos biaya seperti, gaji staf penjualan dan administratif, diakui selama periode  pada  saat kas dibayarkan atau kewajiban   terjadi untuk barang  dan  jasa yang  dimanfaatkan/dikonsumsi bersamaan  dengan  pemerolehan atau segera setelah itu.
3)     Beberapa pos biaya, seperti  depresiasi dan asuransi, dialokasi (diakui) dengan prosedur sistematik dan rasional untuk periode-periode yang menikmati  manfaat  asset bersangkutan.
Bagian terpenting dari pengertian losses adalah bahwa hal tersebut menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi- operasi normal perusahaan disetiap periode, tetapi yang berasal dari kegiatan- kegiatan luar yang tidak berulang kembali dan tidak diantisipasikan. Sebab apabila dapat diantisipasikan, losses ini seharusnya bisa dicegah. Apabila  expiration ini merupakan koreksi- koreksi expense tahun lalu, maka ini harus dicatat sebagai koreksi tahun- tahun yang lalu dan bukan sebagai losses.
 Memang sangat sulit membedakan koreksi tahun- tahun yang lalu dari loss. Pengakuan losses ada yang tidak terduga dan terduga.  Apabila terjadi penurunan nilai yang sebelumnya tidak terduga, maka ini dapat dikategorikan sebagai loss karena memang sesuai dengan definisi losses itu sendiri, tetapi apabila penurunan nilai ini dapat diduga juga dapat dikatakan suatu losses karena asset yang bersangkutan tidak akan dibeli, dengan demikian pengakuan mengenai penurunannya nilai asset jelas merupakan suatu loss.
B.  Pengukuran Losses
Pengukuran loss adalah sama dengan pengukuran expenses, dengan perkecualian bahwa dalam perhitungan loss segala hasil (proceed) yang ada akan langsung dikurangkan, sehingga jumlah bersih sajalah yang akan dicerminkan. Oleh karena itu pengukuran Losses sama dengan expenses sebagai berikut:
a.       Cost historis merupakan jumlah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas cost historis, dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti : gedung, peralatan dan sebagainya.
b.      Cost pengganti / cost masukan terkini (replacement cost / curent input cost) Cost masukan menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama contohnya, penilaian untuk persediaan.
c.       Setara kas (cash equivalent) adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini.
Sebagaimana halnya dengan expenses, losses sebaiknya juga diartikan sebagai value expiration (nilai akhir) dan bukan cost allocation (alokasi biaya). Apabila (historical cost) yang dipakai maka cost ini verifiable dan menujukkan current value pada saat diperolehnya asset tersebut. Namun demikian dalam banyak hal, current value pada saat lain (bukan saat perolehan) yang lebih cocok bagi pengukuran loss. Misalnya, suatu gedung yang terbakar, dari segi cost mungkin sudah susut penuh, tetapi kalau tidak  ada diasuransikan terhadap kebakaran, perusahaan sebenarnya mempunyai loss sebesar current value gedung tersebut. Namun loss ini tidak akan diakui dalam akuntansi yang kovensional.
Dalam hal ini penjualan aktiva tetap atau terjadinya kebakaran, timing daripada loss sudah pasti. Tetapi bagaimana dengan merosotnya nilai secara bertahap, misalnya dalam hal investasi dalam saham- saham. Asset ini mungkin dikemudian hari akan dijual atau ditinggalkan sama sekali, tetapi apabila manfaatnya sudah tidak ada bagi perusahaan, sangat tidak tepat untuk menunda pengakuan loss.
Suatu loss janganlah ditunda atau digeser ke periode yang akan datang. Apabila loss itu sudah cukup jelas ada dan jumlahnya dapat diukur, maka loss itu harus segera diakui. Misalnya dalam pertukaran (trade-in) mesin, book value dari mesin yang lama janganlah ditambahkan kepada mesin yang baru. Juga pada waktu suatu obligasi di refund dengan obligasi yang baru, unamortized discount dari obligasi yang lama harus segera di write off dan tidak dialokasikan pada obligasi yang baru.
Sumber rugi menurut FASB dalam SFAC No. 6:
1)  Periferal dan incidental yaitu penjualan harta atau pelunasan utang karena kejadian yang tidak terduga. Misalnya: penjualan investasi dalam surat-  surat berharga, penjualan asset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
2)  Transfer non timbal balik dengan pihak lain yaitu kejadian tidak terduga- duga. Misalnya: pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum .
3)  Penahanan asset (holding assets) yaitu banyaknya harta tertimbun, sedangkan harga mengalami penurunan. Misalnya : penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan persediaan.
4)  Faktor lingkungan yaitu faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan perusahaan.   Misalnya : ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari kos asset yang rusak, lenyapnya manfaat asset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.
4.      Perbedaan Antara Expenses (Beban ) dan Losses (Rugi)
Walaupun expenses dan losses memiliki kesamaan tapi pada hakikatnya Expenses dan losses memang berbeda, perbedaanya sebagai berikut:
1.      Hanya beban  yang seharusnya dilaporkan dalam expenses statement.
2.      Sifat rugi tidak menggambarkan kejadian yang berulang-ulang dari kegiatan utama suatu entitas..
Dengan demikian losses serupa tetapi tetap secara signifikan berbeda dengan expenses. Perbedaanya terletak pada adanya niat untuk mengeluarkan  uang untuk membiayai kegiatan perusahaan. Dengan demikian expenses dengan sengaja mengeluarkan uang untuk  produksi dalam menghasilkan barang atau jasa, sementara losses terjadi akibat kejadian insidentil dan sering kejadian acak (seperti perubahan harga pasar saham), pelunasan utang yang belum jatuh tempo.















BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
      Dalam kegiatan usaha maupun suatu perusahaan pasti pernah mengalami suatu kerugian yang tidak pernah terduga dan diinginkan. Sebuah perusahaan harus siap dalam menghadapi bermacam-macam kerugian yang terjadi diluat kegiatan usahanya. Kerugian ini biasa disebut losses yaitu kerugian atau turunnya suatu nilai ekuitas dari transaksi yang terjadi sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari seluruh transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama periode tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik. Losses ini merupakan suatu jenis kerugikan yang dialami perusahaan
            Kerugian tidak hanya terjadi karena kelebihan beban terhadap pendapatan yang diperoleh perusahaan. Tetapi biaya yang dikeluarkan perusahaan secara tidak terduga atau insidental contohnya kebakaran gedung yang tidak diasuransikan merupakan kerugian bagi perusahaan. Jadi perusahaan harus segera mengakui biaya yang terjadi karena ketidaksengajaan sebagai losses bagi perusahaan.

Jumat, 02 Mei 2014

Penilaian Portofolio



A.     Pengertian Penilaian Portofolio
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus menerus sesuai dengan pengalaman siswa dan pengaruh lingkungannya. Proses empiris siswa dalam kegiatan belajar dikelas yang didapat dari hasil penyampaian guru, hanya akan diingat dalam jangka waktu yang singkat jika tidak diikuti dengan kegiatan pengulangan di dalamnya. Sehingga menjadi sangat penting bagi seorang guru untuk menumbuhkan serta mendorong siswa untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung pencapaian kompetensi.
Setiap aktivitas termasuk berbagai karya yang dihasilkan siswa dari suatu proses pembelajaran, perlu dimonitor, diberi komentar, diberi kritik dan diberi catatan perbaikan oleh setiap guru secara terus menerus. Melalui monitoring secara terus menerus inilah pengalaman belajar siswa akan terus disempurnakan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Dari penjelasan tersebut kita dapat tarik dua kata kunci didalamnya , yaitu proses monitoring dan pengalaman siswa yang keduanya inilah merupakan hakikat dari penilaian portofolio. Menurut Sanjaya (2008: 195) portofolio merupakan kumpulan karya yang tersusun secara sistematis dan terorganisir hasil dari pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu.
Istilah portofolio itu sendiri pertama kali digunakan dalam dunia photografer dan artis. Melalui portofolio, para photografer dapat memperlihatkan hasil pekerjaan mereka kepada pelanggan dari koleksi yang ada. Dalam dunia usaha, portofolio banyak digunakan untuk menilai keefektifan suatu proses produksi dari jenis poduk tertentu.
Popham (dikutip Arifin, 2012: 198) menjelaskan bahwa “penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu”. Sedangkan menurut Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan.
Jadi, dari beberapa definisi tersebut penilaian portofolio merupakan model penilaian yang melibatkan ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa melalui hasil karya dalam jangka waktu tertentu. Artinya, keterlibatan siswa dalam penilaian menjadi semakin besar karena adanya hubungan timbal balik antar guru dan siswa dalam pelaksanaan penilaian.

B.     Tujuan dan Fungsi Penilaian Portofolio
Tujuan penilaian portofolio ditentukan oleh apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan penilaian tersebut. Menurut S. Surapranata dan M. Hatta (dikutip Arifin, 2012: 200) tujuan penilaian portofolio adalah:
1.      Menghargai perkembangan peserta didik.
2.      Mendokumentasikan proses pembelajaran.
3.      Memberi perhatian pada prestasi kerja.
4.      Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen.
5.      Meningkatkan efektivitas proses pembelajaran.
6.      Bertukar informsi antara orang tua peserta didik dengan guru lain.
7.      Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif peserta didik.
8.      Meningkatkan kemampuan refleksi diri.
9.      Membantu peserta didik merumuskan tujuan.
Disamping hal – hal diatas, penilaian portofolio menurut Yamin (2011: 283) akan mampu menimbulkan beberapa dampak positif bagi peserta didik dan juga bagi guru itu sendiri. Sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan, menarik, kreatif, integratif, dan reflektif. Efek tersebut, yaitu:


Ø  Bagi Peserta Didik
·         Peserta didik merasa bangga terhadap hasil yang dibuat.
·         Merefleksi strategi kerja.
·         Menentukan tujuan.
·         Termotivasi.
·         Mengontrol pekerjaannya.
·         Mendapat penguatan.
·         Membangun kepercayaan diri.
·         Bekerja sesuai kemampuan.
Ø  Bagi Guru
·         Mempunyai kesempatan untuk mengkoreksi pekerjaan peserta didiknya.
·         Menjadi motivasi untuk mengembangkan lebih lanjut sesuai perkembangan peserta didiknya.
·         Memperbaharui komitmennya.
Pada hakikatnya tujuan penilaian portofolio ini adalah untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta didik secara lengkap dengan data dan dokumen yang sesuai. Sehingga orang tua dapat melihat perkembangan anaknya tidak hanya dari aspek kognitif yang tertera pada nilai raport saja tetapi juga dapat melihat perkembangan dari aspek sikap dan keterampilannya juga.
Fungsi Penilaian portofolio tidak hanya sebagai tempat penyimpanan hasil karya siswa melainkan juga sebagai sumber informasi bagi orang tua, guru, dan peserta didik itu sendiri. Portofolio dapat dijadikan sebagai bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan peserta didik sehingga guru dan orang tua mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik tersebut.
            Menurut Arifin (2012: 201) fungsi penilaian portofolio dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
1.      Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampua peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, inovasi pembelajaran.
2.      Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka.
3.      Portofolio sebagai alat penilaian autentik (authentic assessment).
4.      Portofolio sebagai sumber informasi bagi peserta didik untuk melakukan self assessment. Artinya, peserta didik mempunyai kesempatan yang banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, menurut Direktorat PLP-Ditjen Dikdasmen Depdiknas (dikutip Arifin, 2012: 201-202) mengemukakan bahwa penilaian portofolio dapat digunakan untuk:
a.       Memperlihatkan perkembangan pemikiran atau pemahaman siswa pada periode waktu tertentu.
b.      Menunjukan suatu pemahaman dari beberapa konsep, topik, dan isu yang diberikan.
c.       Mendemonstrasikan perbedaan bakat.
d.      Mendemonstrasikan kemampuan untuk memproduksi atau mengkreasi suatu pekerjaan baru secara orisinal.
e.       Mendokumentasikan kegiatan selama periode waktu tertentu.
f.        Mendemonstrasikan kemampuan menampilkan suatu karya seni.
g.       Mendemonstrasikan kemampuan mengintegrasikan teori dan praktek.
h.      Merefleksikan nilai – nilai individual atau pandangan dunia secara lebih luas.
Secara keseluruhan dari kedua pendapat tersebut mengenai fungsi penilaian portofolio dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi ada tiga komponen utama, yaitu (1) portofolio berfungsi sebagai sumber informasi; (2) portofolio berfungsi sebagai media aktualisasi peserta didik; dan (3) portofolio berfungsi sebagai alat penilaian.

C.      Jenis  dan Langkah Penilaian Portofolio
Jenis penilaian portofolio akan memberikan pemahaman kepada pengguna tentang pentingnya penggunaan penilaian portofolio secara bervariasi sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Artinya, hasil belajar peserta didik tidak dapat hanya diukur hanya dengan satu jenis penilaian saja akan tetapi harus menggunakan jenis lainnya.
Menurut Arifin (2012:206–211) penilaian portofolio apabila dilihat dari jumlah siswanya dibagi menjadi du jenis, yaitu portofolio perseorangan dan portofolio kelompok. Jika dilihat dari sistem, ada portofolio proses dan portofolio produk. Berikut akan diuraikan jenis portofolio berdasarkan sistemnya.
1.      Portofolio Proses
Jenis portofolio ini menunjukan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, perkembangan hasil belajar dari waktu ke waktu, dan menunjukkan pencapaian hasil belajar.
2.      Portofolio Produk
Jenis portofolio ini hanya menekankan pada penguasaan materi dari tugas. Serta hanya menunjukkan bahan yang paling baik, tanpa memperhatikan bagaimana dan kapan bahan tersebut diperoleh. Contoh jenis portofolio produk adalah portofolio tampilan dan portofolio dokumen.
Menurut Yamin (2011: 281 – 282) portofolio terbagi kedalam tiga bentuk, yaitu:
1.      Portofolio perkembangan, berisikan koleksi karya peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan seorang peserta didik.
2.      Portofolio pamer/ show case, berisikan koleksi karya terbaik seorang peserta didik.
3.      Portofolio komprehensif, berisikan seluruh hasil karya peserta didik
Jenis portofolio berdasarkan pendapat tersebut secara umum sama, hanya saja Yamin tidak menyebut proses dalam pelaksanaan penilaian portofolio yang sifatnya abstrak sebagai jenis portofolio. Artinya, ia lebih menekankan pada hasil karya nyata dari seorang peserta didik yang disebut portofolio atau hasil portofolio.
Penilaian portofolio juga memiliki langkah-langkah. Menurut Fajar (dikutip Yamin, 2011:290) berikut ini langkah–langkah dalam penilaian portofolio:
1)     Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.
2)     Memilih suatu masalah yang akan di kaji dikelas.
3)     Mengumpulkan infromasi terkait dengan masalah yang dikaji.
4)     Membuat portofolio kelas.
5)     Menyajikan portofolio/ dengar pendapat (showcase)
6)     Melakukan refleksi pengalaman belajar.
Dalam setiap langkah–langkah tersebut  peserta didik di tuntut untuk belajar secara mandiri dalam kelompok kecil dengan guru sebagai fasilitator. Peserta didik dapat menggunakan beragam sumber untuk mendapatkan informasi terkait dengan permasalahan yang mereka kaji baik yang ada di sekolah maupun yang ada di lingkungan luar sekolah.

D.     Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Setiap desain, model maupun rancangan yang itu merupakan karya manusia pasti ada sisi kelemahan di balik kelebihan yang di usungnya. Tidak terkecuali model penilaian portofolio ini. Berikut akan di sajikan kelebihan serta kekurangannya model penilaian portofolio menurut Arifin (2012:205–206). Kelebihan penilaian portofolio, yaitu:
1)     Dapat melihat perumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan feedback dan refleksi diri.
2)     Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, transparan, dan dipertanggung jawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik di kelas.
3)     Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik di kelas maupun diluar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
4)     Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian.
5)     Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
6)     Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran.
7)     Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
8)     Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assessment), refleksi, dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
9)     Memungkinkan guru melakukan penilaian secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang ditentukan.
10)Guru dan peserta didik sama – sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar.
11)Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta didik yang mendapatkan hasil belajar yang tinggi dan peserta didik yang mendapat hasil belajar yang rendah.
12)Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik.
Kekurangan penilaian portofolio, yaitu:
1)     Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
2)     Penilaian portofolio di anggap kurang reliabel dibandingkan dengan bentuk penilain yang lain.
3)     Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian.
4)     Jika guru melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat teacher oriented, kemungkinan besar inisiatif dan kreativitas peserta didik akan terbelenggu sehingga penilaian portofolio tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
5)     Orang tua peserta didik sering berfikir skeptis karena laporan hasil belajar anaknya tidak berbentuk angka.
6)     Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua, dan peserta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
7)     Tidak tersedianya penilaian yang jelas.
8)     Analisis terhadap penilaian portofolio agak sulit dilakukan sebagai akibat kurangnya penggunaan angka.
9)     Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.
10)Dapat menjebak peserta didik jika terlalu sering menggunakan format dan detail yang lengkap.
Dengan mengetahui kelebihan serta kekurangannya seorang guru mampu meminimalisir kesalahan yang akan timbul dalam proses belajar mengajar. Dan, mengoptimalkan potensi kelebihan model penilaian portofolio dalam mengimplementasikannya dikelas.

E.      Manfaat Penilaian Portofolio
Salah satu keunggulan penilaian portofolio adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak terlibat dan peserta didik sendiri dapat dengan mudah mengontrol sejauh mana perkembangan kemampuan yang telah diperolehnya. Jadi peserta didik akan mampu melakukan penilaian diri. Keterampilan untuk menemukan kelebihan dan kekurangannya sendiri serta kemampuan untuk menggunakan kelebihan tersebut dalam mengatasi kelemahannya merupakan modal dasar dalam proses pembelajaran.
Penilaian portofolio yang dikemas secara baik dapat memberikan manfaat. Menurut Nurhadi (2005) dikutip oleh Sukanti dalam Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 – Tahun 2010, Hlm. 33 - 40 manfaat penilaian portofolio adalah:
1.      Guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan peserta didik
2.      Guru dan wali murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan peserta didik
3.      Peserta didik dapat menjadi partner dalam proses penilaian
4.      Siswa dapat menemukan bakat dan kemampuannya
5.      Penilaian bersifat objektif
6.      Penilaian dapat meningkatkan interaksi siswa dan guru untuk mencapai tujuan
7.      Penilaian dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, mempunyai kebanggaan, rasa memiliki dan menumbuhkan kepercayaan diri sendiri,
8.      Penilaian bertujuan untuk mencapai ketuntasan belajar bukan sekedar tuntas materi
9.      Guru dan pengawas dapat mengevaluasi program pengajaran
10.  Penilaian dapat meningkatkan profesionalisme guru
Dalam Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian oleh Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003 – 2004 penggunaan portofolio untuk penilaian juga bermanfaat, karena hal-hal berikut.
1.      Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti” yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas
2.      Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran yang baik
3.      Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa
4.      Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan siswa
5.      Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6.      Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.
7.      Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar
8.      Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa
9.      Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran
10.  Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11.  Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan
Zaenal Arifin (2009) menjelaskan data yang terkumpul dari waktu ke waktu ini kemudian digunakan oleh guru untuk menilai dan melihat perkembangan kemampuan serta prestasi akademik peserta didik dalam periode tersebut. File portofolio sekaligus akan memberikan umpan balik baik kepada guru maupun kepada peserta didik. Bagi guru file yang berisi prestasi peserta didik ini akan memberikan masukan untuk penilaian proses terutama dalam memperbaiki strategi, metode dan manajemen pembelajaran di kelas. Melalui file portofolio guru dapat mengetahui potensi, karakter, kelebihan dan kelemahan peserta didik. Bagi peserta didik file ini dapat menjadi dasar pijakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kelemahan atau kekurangannya dalam proses pembelajaran maupun penguasaannya tentang suatu pokok bahasan atau materi pelajaran tertentu. Proses terjadinya umpan balik sangat dimungkinkan karena dalam sistem penilaian portofolio data yang terekam dalam file tidak hanya dikumpulkan saja tetapi dianalisis secara kolaboratif dengan melibatkan guru, peserta didik dan orag tua. Penilaian data melalui pembicaraan secara periodik dengan orang tua peserta didik merupakan progress report yang akurat tentang kemajuan prestasi belajar peserta didik serta perkembangan kepribadiannya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio ini bukan hanya dimanfaatkan oleh guru dalam rangka menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik, tetapi dapat dipergunakan oleh peserta didik sendiri untuk melakukan refleksi dan oleh orang tua untuk melihat perkembangan anak mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelaran: Prinsip, Teknik dan Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Davis, M.H. & Ponnamperuma, G.G. 2005. Portfolio assessment. JVME. 32(3): 279-284.
Eriyanti. 2009. Problematika penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran. Lentera Pendidikan. 11(1): 45-62
Kemendikbud. 2013. Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.
Marhaeni, A.A.I.N. 2006. Asesmen portofolio dalam pembelajaran berbasis kompetensi. Bahan Pelatihan Bagi Guru Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Denpasar: 19 Oktober 2006.
Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian. Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003 – 2004.
Pitono, D. 2012. Pengaruh nilai portofolio dan motivasi belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology. 1(1): 53-58.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sudrajat, Akhmad. Penilaian Ranah Afektif. Diakses 8 April 2014. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/penilaian-ranah-afektif/
Sukanti. 2010. Pemanfaatan Penilaian Portofolio Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2, Hlm. 33 – 40.
Suryadi, D., & Yusa, A.A. 2009. Model pembelajaran berbasis produksi dengan pendekatan asesmen portofolio pada perkuliahan praktik kerja bangunan. Jurnal Penelitian. 9(1): 1-15.
TP Wandasari. 2014. Keefektifan Penilaian Portofolio Dalam Pemahaman Konsep Peserta Didik SMA. Jurnal Chemistry In Education 3 (1)
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.